Sabtu, 31 Oktober 2009

Tips Kalau Anda Mau Percaya Diri

Kalau banyak dari kita membeli barang-barang mahal nan mewah, sebut saja tas mahal, mobil mahal, sepatu mahal, bahkan punya rumah mahal di daerah kelas atas, maka dari sejuta alasan yang akan diberikan, jika Anda menanyakan mengapa mereka membelinya, pasti saya yakin ada saja yang mengatakan bahwa semua itu akan menambah kepercayaan diri.

Saya adalah salah satu korban pemikiran semacam itu. Tanpa mengurangi rasa hormat dan syukur --karena saya sebetulnya sangat menghormati dan bersyukur-- kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi dan makhluk di dalamnya, saya terlahir dengan fisik sederhana dan biasa-biasa saja. Kecil, kurus, dan... hidup, itu kata teman saya.

Ganteng? Itu tak herlaku untuk saya. Waduh... dibandingkan dengan pria-pria lainnya, saya tidak masuk hitungan. Kalau dimisalkan sebuah lomba, mau masuk semifinal saja mungkin saya harus perlu katebelece. Bahkan, kalaupun ada 100 atau bahkan 500 pria terganteng, saya pun juga tak akan masuk ke dalamnya. Nomor 499 saja pun masih jauh rasanya.

Karena saya jauh dari sosok seperti Marcellino Lefrand atau Ari Wibowo, bahkan Tora Sudiro, maka dalam perjalanan hidup ini saya pernah mempunyai periode tak percaya diri. Dulu saya tak pernah memikirkan ini bakal terjadi. Dan waktu itu terjadi dan saya menyadarinya, hati ini sempat tidak menerima. Kok pendeklah, kok jeleklah, kok ini, kok itu, dan seterusnya, dan seterusnya.

Kalau fisik saya tak seberapa, keadaan finansial dan karier saya boleh dikatakan lumayan. Dengan keadaan itu, saya mulai mengenal enaknya bisa beli barang-barang mahal, mulai dari tas, kemudian sepatu, kemudian baju. Jadwal perjalanan saya melintasi benua juga menambah kepercayaan diri saya. Bayangkan saja, pria yang tadinya biasa-biasa saja, fisik yang sama sekali tidak menarik, tiba-tiba bisa terbang ke sana kemari, beli jas Armani, dan sepatu John Lobb.

Seperti narkoba

Semua itu membuat saya kemudian merasa barang-barang mahal ini adalah sarana agar saya bisa terus merasakan hadirnya percaya diri. Harus diakui keadaan itu sangat nikmat dilakoni. Saat itu saya herterima kasih di dunia ini ada barang bermerek. Barang yang ternyata membantu saya menepis, paling tidak, kesedihan saya sebagai manusia yang fisiknya dilahirkan biasa-biasa saja, bahkan tak ada geregetnya, untuk dapat sejenak merasa senang bisa membuat orang menoleh kepada saya yang tidak saya dapatkan dari keadaan lahir.

Akhirnya saya sering melarikan diri bersembunyi, dan memeluk barang-barang mahal itu sebagai senjata untuk memesona orang lain, untuk menerima hormat orang lain dan untuk dapat diakui.

Semua itu seperti narkoba. Saya seperti tak lagi bisa memercayai kemampuan saya sebagai manusia, tetapi malah menggantungkannya pada harang-barang itu. Saya tidak malah mencoba memesona orang dengan kepribadian saya, tetapi justru dengan menyodorkan barang-barang itu ke hadapan mereka. Saya menjadi senang dibicarakan orang karena barang-barang itu ketimbang saya yang punya otak sedikit encer.

Dengan waktu yang bergulir dan kematangan jiwa, kini saya berpikir bagaimana mungkin saya bisa percaya diri dengan bantuan benda-benda mati itu? Bagaimana mungkin saya mencari kepercayaan diri di balik logo-logo barang mahal itu? Bagaimana mungkin kepercayaan diri saya cuma seharga barang mahal itu?

Itu bukan kepercayaan diri yang saya dapatkan, itu cuma ego yang terpuaskan yang membuat saya malah cenderung menjadi sombong. Dan saat saya merasa punya kepercayaan diri dengan benda mati mahal itu, saat itu justru saya sedang benar-benar dalam keadaan tidak percaya diri. Itu sebuah rasa percaya diri yang semu.

Saya tak akan berhenti membeli barang-barang mahal karena sejujurnya saya tak mampu berhenti terpukau. Tetapi, kini saya tahu, saya membeli hanya untuk kesenangan ego semata, bukan membeli karena saya mencari tempat perlindungan. Sepengetahuan saya juga, butik bernama Prada, Dior, dan nama-nama lainnya hanya menjual tas, baju, dan sepatu. Di etalase mereka pun tak pernah tertulis: Di sini menjual kepercayaan diri buatan Perancis.

Tips Kalau Anda Mau Percaya Diri

1. Sadarilah sejak awal bahwa kata percaya diri itu berarti Anda yang percaya kepada diri Anda. Percaya diri tak berarti percaya pada sebuah benda, sebuah logo, atau sebuah merek, tetapi Anda titik. Jadi, kalau percaya diri yang mau ditingkatkan, yang harus naik kelas itu Anda, yang ditingkatkan itu Anda, bukan benda-benda mati, mahal nan mewah itu. Itu namanya bukan percaya diri, tetapi percaya benda mati.

2. Mau menambah percaya diri tak bisa hanya bermodalkan keadaan lahiriah semata. Apalagi kalau lahiriahnya seperti saya. Kepala Anda juga mesti diisi dengan berbagai macam pengetahuan dan informasi. Kalaupun Anda bisa nyerocos dalam tujuh bahasa—di luar bahasa daerah—tetapi apa yang Anda bicarakan hanya berkisar berlian dan membedah isi majalah People, sebaiknya Anda tak usah bangga dahulu.

3. Bergaul. Bersosialisasilah seluas-luasnya, bukan sebanyak-banyaknya. Luas itu artinya Anda bergaul di berbagai macam kalangan, tanpa punya prasangka dan batasan apa pun. Semua kalangan memiliki keunikannya sendiri. Anda akan menjadi manusia yang lebih terbuka dengan mencoba menyelami aneka rupa kalangan ini. Tak perlu banyak-banyak yang Anda kenal, nanti malah jadi arisan.

4. Jangan biasakan bersembunyi di balik orang lain untuk menjadi percaya diri. Kalau Anda memang hanya kenal adiknya Titi DJ, bilang saja, ”Oh gue kenal tuh sama Samuel.” Tak perlu mengatakan, ”Oh gue kenal sama adiknya Titi DJ.” Yang Anda kenal Samuel, adiknya Titi DJ. Anda tak kenal Titi DJ, bukan? Jadi jangan membuat orang berasumsi Anda kenal dengan Titi DJ seolah-olah pergaulan Anda begitu hebatnya.

Atau suatu hari teman Anda mengajak pergi dan kebetulan dia mengenal Dian Sastro dan mengajaknya pergi bersama. Ketika ditanya apa yang Anda lakukan kemarin, Anda bilang saja pergi ke Ancol. Tak perlu mengatakan, ”Kemarin gue sama Dian Sastro ke Ancol.” Yang kenal Dian dan mengajaknya pergi itu teman Anda dan bukan Anda. Oke?

5. Biasakan menjadi pribadi yang sederhana, rendah hati, dan tak perlu petantang-petenteng. Percaya diri itu bukan artinya Anda membeberkan kehebatan pribadi Anda. Ingat akan pepatah yang mengatakan, padi yang makin berisi itu makin merunduk.*

Jakarta, Kompas
Oleh: SAMUEL MULIA, Penulis Mode dan Gaya Hidup

Tips Meminta Maaf


Minta maaf ngga harus menunggu lebaran. Secara kalau kita membuat kesalahan kita pasti tidak akan nyaman dengan diri sendiri, bisa bisa jadi jerawat. Nah saya memutuskan untuk menulis artikel ini. Karena yah.. Pengalaman pribadi sebulan lalu waktu saya berantem hebat dengan adik. Nah, bagaimana dnegan anda? Anda menemukan tips saya ini karena sedang ada masalah dengan pacar? teman? atau teman kerja? Yuk mari bersihkan diri dan saling bermaafan dengan bantuan tips saya berikut ini

1. Sadarlah akan kesalahan anda
Mulailah dengan ucapan tulus dan langsung pada permasalahan. Ini membuat orang yang terluka mau menerima dan memaafkan. Dengan rela mengakui kesalahan dan bertanggung jawab, kata “dimaafkan” teman kita itu akan lebih mudah diucapkan.

2. Berikan penjelasan
Setelah mengaku, beri penjelasan pada orang yang telah anda sakiti. Yakinkan anda tidak bermaksud buruk.
Langsung minta maaf menunjukkan keseriusan anda.

3. Tawarkan kebaikan
Agar lebih sempurna, tawarkan mengganti kerugian yang terjadi walau hanya sebagai simbol.
Bisa juga dengan mengirim pesan atau hadiah kecil.

4. Pilih waktu yang tepat Untuk masalah besar, hadapi orangnya, tatap matanya dan beri penjelasan yang diperlukan.
Di kantor segeralah minta maaf sebelum bos atau klien menyadari kesalahan anda. Hal ini membuat anda tampak lebih teliti. Hindari minta maaf saat seseorang sedang marah. Karena bisa tak diterima. Jangan ikut marah. Temui dan jelaskan duduk perkaranya beberapa hari kemudian. Saat itu kemarahannya pasti sudah berkurang.

Fayza (http://intipsaja.com)

Motivasi Diri – Tips Berguna Untuk Meraih Sukses

4 Kiat Untuk Tetap Termotivasi

Menjadi sukses adalah impian semua orang. Tentunya untuk itu diperlukan motivasi yang kuat untuk mengatasi tantangan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Motivasi ini harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Anda bisa saja membaca ratusan buku atau pergi ke puluhan seminar untuk memperoleh suntikan motivasi, namun hal yang sering terjadi adalah kenaikan emosi sesaat untuk berubah. Barangkali ini bertahan satu atau dua minggu dan setelah itu Anda merasa semuanya kembali menjadi biasa-biasa saja seperti kondisi yang lama. Pernahkah merasa begitu?

“Motivasi adalah pohon yang Anda siram dengan kedisiplinan diri”

Bagaimana caranya supaya Anda tetap termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan yang diinginkan? Intinya motivasi adalah seni berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini melibatkan perasaan yang Anda rasakan melalui emosi yang muncul.

Lantas apa bedanya antara perasaan dan emosi?

Contohnya begini, jika Anda merasa bersalah maka emosi yang muncul bisa ketakutan dihakimi, ingin melarikan diri, dsb. Jika Anda merasa bahagia, emosinya bisa berupa keceriaan, kegembiraan, keinginan berbagi, dsb. Emosi timbul sebagai akibat dari perasaan yang terjadi didalam diri.

Jadi sebetulnya mudah untuk hidup termotivasi. Kuncinya adalah rasakan hal-hal yang membahagiakan dan bayangkan kesuksesan yang akan Anda raih. Saya jamin Anda akan termotivasi untuk bekerja.

Selain itu ada beberapa tips yang ingin saya berikan agar Anda bisa termotivasi kapanpun dan dimanapun:

1. Selalu konsisten

Kemudahan timbul dari kebiasaan. Motivasi pun sama. Ia memerlukan kedisiplinan sehingga Anda terbiasa hidup dengan motivasi. Ada ungkapan bagus yang mengatakan, “Sesuatu yang Anda ulangi tiap hari selama 21 hari akan menjadi kebiasaan”. Saya anjurkan Anda untuk mempraktekkannya. Mulai dengan hal yang sederhana seperti tersenyum dihadapan cermin, mengatakan “Yes” sebelum bekerja, dan banyak lagi.

2. Bertanggung jawab

Anda perlu seseorang yang bersedia mengingatkan Anda untuk tetap berada di tujuan. Ia bertugas memberikan dukungan dan menjadi mitra bertukar pikiran bagi ide dan gagasan yang Anda punya. Dari sini Anda akan merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik baginya. Proses mencapai tujuan menjadi lebih mudah dengan hadirnya seseorang yang menjadi cermin diri Anda.

3. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bervisi sama

Kalau Anda mau menurunkan berat badan, pastikan Anda bersama teman-teman yang mempunyai tujuan sama. Kalau Anda ingin membangun bisnis, bertemanlah dengan orang-orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis atau mereka yang mau memulai bisnis. Anda bisa memperoleh energi dan motivasi dari mereka. Akan sangat mudah untuk termotivasi ketika Anda memperoleh support. Apa yang Anda rasakan sebagai rintangan ketika bekerja sendiri bisa teratasi dengan bantuan dan dukungan teman-teman yang bervisi sama.

4. Fokus pada proses, bukan tujuan

Ini yang sangat penting. Seringkali Anda turun mental ketika dihadapkan pada kesulitan mencapai tujuan. Fokuslah pada proses. Setiap proses memerlukan waktu. Entah cepat, entah lambat. Tujuan Anda sudah jelas, namun perjalanan menuju kesana bisa berliku dan naik turun. Dengan fokus pada proses Anda terhindar dari beban mental karena sekarang Anda memegang kendali atas proses itu sendiri, bukan dikendalikan oleh target untuk mencapai tujuan.

Sekarang Anda lebih tahu bahwa motivasi merupakan kunci untuk meraih sukses. Yang Anda perlukan sekarang adalah kemauan kuat untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Seperti apa kata pepatah “Ada kemauan ada jalan”. Selamat mengerjakan dan jangan lupa hargai diri Anda disetiap momen keberhasilan sekecil apapun itu.
by: Al Falaq Arsendatama (www.pengembangandiri.com)

Jumat, 23 Oktober 2009

Merawat Jiwa Dalam Segala


Jiwa kita, jiwa alam ini membutuhkan pengakuan, dan menempatkan pada tempat layak. Di sini, di blog ini, kita akan merawat jiwa kita. Jiwa yang membutuhkan sentuhan lembut kasih yang memancara dari hormat dan kasih...



selamat merawat jiwa